Minggu, 12 Desember 2010

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Posted on 21 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT
A. PENGERTIAN
Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama.

Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.
Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research
Penelitian Formal Classroom Action Research
Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru/dosen
Sampel harus representatif Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan
Instrumen harus valid dan reliabel Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan
Menuntut penggunaan analisis statistik Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit
Mempersyaratkan hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis
Mengembangkan teori Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung
B. MODEL – MODEL ACTION RESEARCH
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.
Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama
C. MASALAH CAR
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah CAR.
1. Banyaknya Masalah yang Dihadapi Guru
Setiap hari guru mengahadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya. Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk CAR sungguh ironis. Merenunglah barang sejenak, atau ngobrollah dengan teman sejawat, Anda akan segera menemukan kembali seribu satu masalah yang telah merepotkan Anda selama ini.
2. Tiga Kelompok Masalah Pembelajaran
Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika Anda berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting.
3. Masalah yang Berada di Bawah Kendali Guru
Jika Anda yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan CAR untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup layak (feasible), berada di dalam wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya.
4. Masalah yang Terlalu Besar
Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipercahkan melalui CAR, apalagi untuk CAR individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk Anda pecahkan.
5. Masalah yang Terlalu Kecil
Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.
6. Masalah yang Cukup Besar dan Strategis
Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar) merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas.
7. Masalah yang Anda Senangi
Akhirnya Anda harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang Anda teliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran Anda terhadap masalah itu dan keinginan Anda untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan.
8. Masalah yang Riil dan Problematik
Jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar).
9. Perlunya Kolaborasi
Tidak ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam collaborative action reseach Anda perlu bertukar fikiran dengan guru mitra dari mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior dalam menentukan masalah.
D. IDENTIFIKASI, PEMILIHAN, DESKRIPSI, DAN RUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah
Dalam mengidentifikasikan masalah, Anda sebaiknya menuliskan semua masalah yang Anda rasakan selama ini.
2. Pemilihan Masalah
Anda tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam suatu action research yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat Anda perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya Anda pilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”
3. Deskripsi Masalah
Setelah Anda memilih salah satu masalah, deskripsikan masalah itu serinci mungkin untuk memberi gambaran tentang pentingnya masalah itu untuk dipecahkan ditinjau dari pengaruhnya terhadap pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa yang terlibat.
Contoh: “Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi, ekonomi, dan sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke pelajaran lain. Pelajaran yang saya berikan adalah geografi, tetapi saya sering mengaitkan pembahasan dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan sejarah. Ketika saya minta siswa mengemukakan hipotesis tentang pengaruh Danau Toba terhadap perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa sangat bingung; padahal mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran geografi. Saya khawatir siswa hanya menghafal pada saat dilatih mengemukakan hipotesis. Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus dapat diterapkan di mana saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya setiap hari kita mengemukakan hipotesis. Ketidakbisaan siswa itu terjadi sepanjang tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata pelajaran lain.”
4. Rumusan Masalah
Setelah Anda memilih satu masalah secara seksama, selanjutnya Anda perlu merumuskan masalah itu secara komprehensif dan jelas. Sagor (1992) merinci rumusan masalah action research menggunakan lima pertanyaan:
1. Siapa yang terkena dampak negatifnya?
2. Siapa atau apa yang diperkirakan sebagai penyebab masalah itu?
3. Masalah apa sebenarnya itu?
4. Siapa yang menjadi tujuan perbaikan?
5. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan hipotesis tindakan).
Contoh rumusan masalah:
• Siswa di SLTP-X tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain di sekolah (Ini menjawab pertanyaan 1 dan 3)
• Grup action research percaya bahwa hal ini merupakan hasil dari jadwal mata pelajaran dan cara guru mengajarkan materi tersebut (Ini menjawab pertanyaan 2)
• Kita menginginkan para siswa melihat relevansi kurikulum sekolah, mengapresiasi hubungan antara disiplin-disiplin akademis, dan dapat menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam satu mata pelajaran untuk pemecahan masalah dalam mata pelajaran lain (Ini menjawab pertanyaan 4)
• Oleh karena itu kita merencanakan integrasi pembelajaran IPA, matematika, bahasa, dan IPS dalam satuan pelajaran interdisiplin berjudul Masyarakat dan Teknologi (Ini manjawab pertanyaan 5)
Contoh pertanyaan penelitian:
1. Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain?
2. Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai?
3. Apa yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran?
4. Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal?
E. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1. Kajian Teori
Dalam membuat rumusan masalah di atas sebenarnya Anda telah melakukan “analisis penyebab masalah” sekaligus membuat “hipotesis tindakan” yang akan diberikan untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk melakukan analisis secara tajam dan menjustifikasi perlakuan yang akan diberikan, Anda perlu merujuk pada teori-teori yang sudah ada. Tujuannya sekedar meyakinkan bahwa apa yang Anda lakukan dapat dipertanggungjawabkan secara profesional. Dalam hal ini proses kolaborasi memegang peranan yang sangat penting.
Anda juga perlu membaca hasil penelitian terakhir, termasuk CAR, siapa tahu apa yang akan Anda lakukan sudah pernah dilakukan oleh orang lain; Anda dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang itu. Manfaat lain yang lebih penting, Anda akan mengetahui trend-trend baru yang sedang diperhatikan atau diteliti oleh para guru di seluruh dunia. Sekarang ini sedang nge-trend pembelajaran yang bernuansa quantum teaching, quantum learning, contextual learning, integrated curriculum, dan competency based curriculum yang semua berorientasi pada kepentingan siswa. Jika penelitian Anda masih berkutat pada pemberian drill dan PR agar nilai UAN mereka meningkat, tanpa memperdulikan rasa ketersiksaan siswa, profesionalisme Anda akan dipertanyakan.
2. Hipotesis Tindakan
Lakukanlah analisis penyebab masalah secara seksama agar tindakan yang Anda rencanakan berjalan dengan efektif. Hipotesis tindakan dapat Anda tuliskan secara eksplisit, tetapi dapat juga tidak karena pada dasarnya Anda belum tahu tindakan mana yang akan berdampak paling efektif.
F. METODOLOGI
1. Setting Penelitian
Setting penelitian perlu Anda uraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian Anda.
2. Perbedaan Mengajar Biasa dengan CAR
Dalam melakukan CAR kegiatan mengajar standar (biasa) berlangsung secara alami; tetapi ada bagian-bagian tertentu yang diberi perlakuan secara khusus dan diamati dampaknya secara seksama. Langkah-langkah seperti pembuatan satuan pelajaran, rencana pelajaran, lembaran kerja, dan alat bantu pembelajaran lainnya adalah langkah pembelajaran standar, bukan CAR. Asumsinya CAR dilaksanakan oleh guru yang sudah melaksanakan pembelajaran standar secara lengkap tetapi belum berhasil. Ia akan memodifikasi bagian-bagian tertentu dari pembelajaran standar itu. Bagian yang dimodifikasi itulah fokus dari CAR Anda.
3. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan CAR sebaiknya hanya menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan CAR. Jika ada perubahan pada satuan pelajaran misalnya, hanya bagian yang diubah saja yang perlu diuraikan secara rinci. Akan lebih baik jika perubahan itu diletakkan dalam konteks satuan pelajaran aslinya sehingga terlihat jelas besar perubahan yang dilakukan. Perangkat-perangkat pembelajaran juga hanya tambahannya yang diuraikan secara rinci. Jika pembelajaran standar telah dilaksanakan dengan baik perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk CAR dengan sendirinya sebagian besar sudah tersedia.
Yang sering terjadi dalam CAR selama ini pembelajaran standar belum dilaksanakan sehingga CAR menjadi wahana untuk mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu terlihat dari latar belakang yang diuraikan secara emosional oleh peneliti, umumnya menggambarkan pembelajaran yang sangat tradisional, buruk, dan di bawah standar. Setelah sekolah mendapat bantuan dana peningkatan kualitas pembelajaran pun uraian latar belakang itu tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti. Secara tidak langsung ditunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh pemberi dana selama ini berlalu tanpa bekas.
Tahap perencanaan bisa memerlukan waktu setengah bulan karena harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, termasuk di dalamnya adalah penyusunan jadwal, pembuatan instrumen, dan pemilihan kolaborator.
4. Siklus-siklus
Dalam CAR siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari penelitian jenis lain; oleh karena itu siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada dalam penelitian biasa. Dalam penelitian biasa hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam CAR hasil yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil.
Siklus terdiri dari (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi; dan (5) perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam siklus hanya bagian yang dimodifikasi melalui action reseach, bukan seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam action research yang berskala kelas karena bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih belum berubah.
Misalnya Anda akan memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak penggunaan carta. Dalam “perencanaan” yang Anda uraikan adalah tentang carta itu saja, misalnya “Tiap pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan dalam kelas.” Dalam “pelaksanaan” Anda uraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap pertemuan bisa digunakan carta, misalnya “Penggunaan carta tiap pertemuan hanya dapat dilakukan selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu carta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat mengelaborasi “pelaksanaan” itu dengan menyebutkan carta-carta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang paling tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan, berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb., dsb. “Pengamatan” didominasi oleh data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda tentang mengapa terjadi keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan perencanaan kembali untuk perlakuan pada siklus berikutnya.
Dalam action reseach selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai dengan kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi.
1. Dalam siklus diuraikan semua proses pembelajaran, sehingga tidak dapat dilihat bagian yang sebenarnya sedang diteliti. Seolah-olah seluruh proses pembelajaran diubah secara total melalui CAR, dan sebelumnya pembelajaran berlangsung secara tradisional, buruk, dan di bawah standar.
2. Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus-menerus selama periode tertentu, sampai data pengamatan bersifat jenuh (menunjukkan pola yang menetap) dan diperoleh dari berbagai sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jika selama satu minggu suhu badan pasien menunjukkan suhu 37,50 C; 370 C; 370 C; 37,50 C; 37,50 C; 37,50 C; dapatlah disimpulkan bahwa kondisinya telah kembali normal. Itu digabungkan dengan data pengamatan lain selama seminggu juga seperti perilaku, nafsu makan, dan denyut nadi pasien, yang bersifat triangulatif.
3. Siklus dilakukan tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan secara tendensius: siklus pertama dengan metode ceramah, siklus kedua dengan demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen, hanya ingin menunjukkan bahwa metode eksperimen adalah yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk materi pertama boleh jadi justru metode ceramah yang lebih cocok.
5. Instrumen
Instrumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan CAR. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangulasi dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data.
G. HASIL PENELITIAN
1. Siklus-siklus Penelitian
Hasil penelitian CAR tidak hanya berisi data hasil observasi, melainkan justru proses perbaikan yang dilakukan. Untuk itu siklus adalah cara yang tepat untuk menyajikan hasil penelitian. Data hasil observasi tidak disajikan secara terpisah melainkan dalam konteks siklus-siklus yang telah dilakukan.
2. Tabel, Diagram, dan Grafik
Tabel, diagram, dan grafik sangat baik digunakan untuk menyajikan data hasil observasi. Gunanya agar refleksi dapat dilakukan lebih mudah. Tetapi sajian yang cantik itu bisa menjadi blunder manakala angka-angkanya diatur sedemikain rupa sehingga terkesan artificial. Hasil yang begitu spektakuler seringkali tidak disertai dengan “bagaimana” proses untuk mencapainya, sehingga pembaca akan makin ragu.
3. Hasil-hasil yang Otentik
Hasil-hasil yang otentik seperti karangan siswa, gambar hasil karya siswa, dan foto tentang proyek yang dilakukan siswa akan sangat baik dicantumkan sebagai hasil penelitian.
H. KESIMPULAN CAR
1. Kesimpulan
Kesimpulan tentu saja harus menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis yang telah dikemukakan. Pertanyaan penelitian pada bagian D4 di atas di samping menuntut jawaban yang berupa hasil juga menuntut prosesnya. Marilah kita lihat pertanyaan-pertanyaan itu sekali lagi.
1. Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain ? Jawaban atas pertanyaan ini bisa diperoleh melalui tes awal dan atau selama proses pembelajaran berlangsung. Walaupun baru berupa daftar kesulitan yang dialami siswa, temuan ini cukup berarti bagi guru-guru lain. Kita sendiri pada saat ini belum bisa membayangkan kesulitan-kesulitan tersebut.
2. Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai ? Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah guru menghubungkan berbagai mata pelajaran dalam materi tes awal atau selama pembelajaran berlangsung, misalnya antara fisika dengan biologi, ekonomi dengan sejarah, dan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.
3. Apa yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran ? Kesimpulan ini dapat diperoleh melalui kuesioner dan atau wawancara pada awal pembelajaran atau selama pembelajaran berlangsung.
4. Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal ?Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah siswa diberi perlakukan yang berbeda; misalnya satu kelas diberi pelajaran multi disiplin, dan kelas lain diberi pelajaran yang terpisah-pisah, seperti biasanya. Ini tampaknya merupakan fokus dari CAR. Jika ditemukan bahwa mata pelajaran multidisiplin lebih berhasil dalam mengembangkan kemampuan transfer keterampilan antar mata pelajaran, peneliti perlu mengelaborasi bagaimana proses pembelajaran model multidisiplin tersebut berlangsung.
Jadi kesimpulan penelitian CAR akan kurang bermanfaaat jika bunyinya hanya seperti: “Pembelajaran dengan media akan meningkatkan hasil belajar siswa.” Kesimpulan ini mirip dengan yang diinginkan penelitian kuantitatif. Guru lain yang membaca kesimpulan ini tentu ingin mengetahui bagaimana prosesnya sehingga media itu bisa meningkatkan hasil belajar. Jadi kesimpulan itu masih harus diikuti dengan proses atau rinciannya, seperti a) Transparansi OHP lebih disukai siswa daripada media lain, b) Paling banyak hanya 10 transparansi dapat ditunjukkan dalam satu presentasi, jika lebih dari itu siswa akan bosan; c) Presentasi pada awal pembelajaran cenderung lebih disukai; d) Penjelasan yang terlalu lama terhadap satu transparansi cenderung membuat siswa bosan; dan e) Satu kali presentasi sebaiknya tidak lebih dari 20 menit.
2. Saran
Karena CAR bersifat kontekstual, pemberian saran kepada orang lain berdasarkan hasil penelitian tersebut sebenarnya kurang bermanfaat. Deskripsi konteks penelitian secara rinci sudah cukup untuk memberikan informasi bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan Anda. Saran seperti “Program CAR ini perlu lanjutkan dan diperluas untuk tahun-tahun mendatang,” juga kurang begitu perlu, bahkan kurang relevan.
Saran CAR diperlukan misalnya jika temuan penelitian menyangkut sistem yang lebih luas dari sekedar kelas, misalnya menghendaki adanya perubahan pengaturan jadwal pelajaran di sekolah. Dalam hal itu peneliti dapat menyarankan tentang jadwal yang diinginkan kepada fihak sekpolah.
I. DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka mencerminkan penguasaan Anda atas teori belajar dan pembelajaran yang Anda minati. Di samping itu, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, daftar pustaka mencerminkan keluasan pengetahuan Anda atas penelitian-penelitien terbaru yang sedang ngetren. Selama ini guru peneliti sering mencantumkan nama-nama ahli pendidikan, psikologi, dan pembelajaran tetapi tidak disertai dengan daftar pustakannya. Buatlah daftar pustaka secara cermat.
Sumber : Dr. Supriyadi M. Pd.*)) disajikan dalam Workshop MKKS Tingkat Pusat yang Diselenggarakan olah Direktorat Pendidikan Menengah Umum 12-15 September 2005 di Hotel Evergreen, Cisarua, Bogor.
*) Dr. Supriyadi M. Pd. adalah staf pengajar pada Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Jakarta.
Tulisan lain tentang Penelitian Tindakan Kelas disampaikan pula oleh Drs. Tatang Sunendar dari LPMP Jawa Barat.
Silahkan klik tautan di bawah ini
Penelitian Tindakan Kelas (Part II)
Posted on 21 Maret 2008 by AKHMAD SUDRAJAT
Penelitian Tindakan Kelas
oleh: Drs. Tatang Sunendar, M.Si.
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat
A. Latar Belakang
Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.
Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.
B. Mengapa Penelitian Tindakan Kelas Penting ?
Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesional seorang guru :
1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan muridnya
2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di bidangnya.
3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
6. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
C. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.
PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.
Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang pengembangan organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan dikemukan mengenai hakikat PTK.
Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional. Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta–pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988).
Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997).
Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.
Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua “ aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat kekurangan, dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.
D. Jenis dan Model PTK
Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.
1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
2. Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
3. Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari berbagai pihak. Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.
4. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.
5. Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.
6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif maupun paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.
E. Jenis Penelitian Tindakan Kelas
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
1. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
F. Model-model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
1. Model Kurt Lewin; di depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan ( planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi : (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing), dan (3) Penilaian (evaluating) (Ernest, 1996).
2. Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini.
SIKLUS PELAKSANAAN PTK

Gambar 4: Riset Aksi Model John Elliot
G. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Banyak model PTK yang dapat diadopsi dan diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun secara singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu Tahapan Pra PTK, yang meliputi:
• Identifikasi masalah
• Analisis masalah
• Rumusan masalah
• Rumusan hipotesis tindakan
Tahapan Pra PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan disusun. Tanpa tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut pelaksanaan tahapan PTK adalah sebagai berikut ini.
1. Apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran?
2. Mengapa hal itu terjadi dan apa sebabnya?
3. Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi keprihatinan tersebut?
4. Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu mencari fakta apa yang terjadi?
5. Bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
Jadi, tahapan pra PTK ini sesungguhnya suatu reflektif dari guru terhadap masalah yang ada dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual pada salah seorang murid saja, namun lebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal, misalnya kurangnya motivasi belajar di kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal, dan lain-lain.
Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat.
1. Perencanaan Tindakan; berdasarkan pada identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK, rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup metode/ teknik mengajar, serta teknik atau instrumen observasi/ evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan ini. Dalam tahap ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dari diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.
2. Pelaksanaan Tindakan; tahap ini merupakan implementasi ( pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektifitas keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk dapat lebih mempertajam refleksi dan evaluasi yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi dikelasnya sendiri. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
3. Pengamatan Tindakan; kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat atau pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat luar tidak boleh terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Terdapat empat metode observasi, yaitu : observasi terbuka; observasi terfokus; observasi terstruktur dan dan observasi sistematis. Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam observasi, diantaranya a) ada perencanaan antara dosen/guru dengan pengamat; (b) fokus observasi harus ditetapkan bersama; (c) dosen/guru dan pengamat membangun kriteria bersama; (d) pengamat memiliki keterampilan mengamati; dan (e) balikan hasil pengamatan diberikan dengan segera. Adapun keterampilan yang harus dimiliki pengamat diantaranya : (a) menghindari kecenderungan untuk membuat penafsiran; (b) adanya keterlibatan keterampilan antar pribadi; (c) merencanakan skedul aktifitas kelas; (d) umpan balik tidak lebih dari 24 jam; (d) catatan harus teliti dan sistemaris
4. Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat observasi. Keterlebatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih.Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpecaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan memberikan umpan balik yang misleading dan bias, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu PTK. Tentu saja kadar ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh kejataman dan keragaman instrumen observasi yang dipakai sebagai upaya triangulasi data. Observasi yang hanya mengunakan satu instrumen saja. Akan menghasilkan data yang miskin.Adapun untuk memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siiklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai observasi langsung diadakan refleksi bersama kolaborator.
Demikianlah, secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara bersinambungan seperti sebuah spiral.
Kapan siklus-siklus tersebut berakhir? Pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh si peneliti sendiri. Kalau dia sudah merasa puas terhadap hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan PTK yang dia lakukan, maka dia akan mengakhiri siklus-siklus tersebut. Selanjutnya, dia akan melakukan satu identifikasi masalah lain dan kemudian diikuti oleh tahapan-tahapan PTK baru guna mencari solusi dari masalah tersebut.

Sumber :
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/downloads/

Selasa, 23 November 2010

Soal Mid semester 1 Kls X

2. Berikut ini merupakan komponen penyusun jaringan ikat, kecuali …..
a. fibroblas
b. makrofag
c. serabut kolagen
d. serabut retikulum
e. epitelium

3. Dinding sel tumbuhan agak kaku terbuat dari …..
a. lipida
b. selulosa
c. protein
d. pati
e. lipida dan pati

5. Sel tumbuhan yang menyusun kenari dan kelapa sehingga kuat dan keras adalah …..
a. parenkim
b. sklerenkim
c. trakeid
d. sklereid
e. kolenkim

6. Fungsi lisosom dalam membersihkan organel-organel lain yang tidak berperan lagi dalam sel disebut …..
a. fagosit
b. pinositosis
c. autofage
d. autolitis
e. oagulasi

9. Bagian utama jaringan darah yang berwujud cairan disebut …..
a. eritrosit
b. plasma darah
c. leukosit
d. trombosit
e. sel-sel darah

Soal selanjutnya bisa didownload pada link berikut ini:

1. Ulangan Tengah Semester I (file 1)
2. Ulangan Tengah Semester I (file 2)

Keanekaragaman hayati

1. Interaksi antara faktor biotik dan abiotik tertentu akan menyebabkan terbentuk …
a. karakteristik hewan atau tumbuhan yang berbeda
b. lingkungan yang berbeda
c. faktor abiotik
d. interaksi antara faktor biotik yang ada di dalamnya
e. keanekaragaman mahluk hidup

2. Lebah ratu dan lebagh pekerja dalam satu koloni merupakan keanekaragaman tingkat …
a. gen
b. jenis
c. spesies
d. habitat
e. ekosistem

3. Contoh keanekaragaman tingkat gen yaitu beras dengan …
a. gandum
b. ketan
c. kentang
d. jagung
e. umbi

4. Mahluk hidup yang bukan endemik di Indonesia adalah …
a. maleo
b. komodo
c. bunga bangkai
d. babirusa
e. kelelawar

5. Keanekaragaman bulu pada burung parkit yang diturunkan oleh induk yang sama disebabkan oleh …
a. makanan
b. lingungan
c. perkawinan
d. genetik
e. mutasi

6. Fauna khas pulau jawa adalah …
a. komodo
b. anoa
c. maleo
d. badak bercula satu
e. cenderawasih

7. Contoh spesies yang hidupnya menyebar diberbagai pelosok bumi adalah …
a. gajah
b. katak
c. orang utan
d. walabi
e. kura-kura

8. Contoh keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan penduduk asli Papua adalah …
a. padi
b. umbi
c. gandum
d. kentang
e. mahoni

9. Contoh fauna peralihan antara asiatik dengan tipe australian adalah …
a. walabi
b. gajah
c. babirusa
d. komodo
e. badak bercula satu

10. Contoh keanekaragaman hayati sebagai sumber karbohidrat adalah …
a. jati
b. kapuk randu
c. padi
d. meranti
e. temulawak

Soal-soal bab selanjutnya bisa diperoleh di sini!

Keanekaragaman Hayati
Tumbuhan Berspora
Gymnospermae
Angiospermae

sumber : http://biologi.blogsome.com/2010/

Jumat, 05 November 2010

Cara Download File

Theater AIDS Indonesia
(http://www.youtube.com/aidsindonesia)
Program yang dibutuhkan:
• Free FLV Converter
• Free Video Converter
Langkah-langkah yang harus dilakukan:
1. Install Program
a. Install Free FLV Converter ke komputer. Program ini disediakan
secara gratis di alamat: http://www.koyotesoft.com/indexEn.html. Cara
install seperti menginstall program lainnya, namun yang perlu
diperhatikan untuk menginstall program ini dibutuhkan koneksi
internet. Kegunaan program ini untuk mendownload file di Theater
AIDS Indonesia yang mempunyai format FLV.
b. Install Free Video Converter ke komputer. Program ini disediakan
secara gratis di alamat: http://www.koyotesoft.com/indexEn.html. Cara
install seperti menginstall program lainnya, namun yang perlu
diperhatikan untuk menginstall program ini dibutuhkan koneksi
internet. Kegunaan program ini untuk mengganti format FLV ke dalam
format WMV sehingga dapat diputar di komputer kebanyakan. Karena
format FLV tidak dapat diputar di Window Media Player.
2. Jalankan program Free FLV Converter:
a. Pastikan komputer terhubung dengan internet.
b. Tampilan program Free FLV Converter seperti:
AIDsina Foundation, Pengelola www.aids-ina.org 2
c. Klik di bagian Tube Downloader dan setting dibagian yang ada
lingkaran merah. Sesuaikan dengan yang ada digambar, seperti
dibawah ini:
d. Kemudian buka “Theater AIDS Indonesis” dan klik di judul film yang
ingin di-download. Seperti yang ada di bawah ini:
AIDsina Foundation, Pengelola www.aids-ina.org 3
e. Copy alamat webnya seperti yang ada didalam lingkaran merah di
bawah ini:
f. Pindahkan alamat itu (paste-kan) di tempat yang ada di dalam
lingkaran merah, seperti di bawah ini. Kemudian klik Add.
g. Kemudian klik Add dan akan muncul gambar dibawah ini maka proses
download sudah dimulai.
AIDsina Foundation, Pengelola www.aids-ina.org 4
h. Perhatikan tempat menyimpan hasil download.
i. Anda dapat mendownload langsung beberapa film tapi yang diperlu
diperhatikan kecepatan koneksi internet saat mempengaruhi.
3. Jalankan program Free Video Converter
a. Tampilan pertama program Free Video Converter, seperti gambar di
bawah ini:
b. Untuk melakukan convert klik di Add Files akan muncul ambar seperti
dibawah ini:
c. Kemudian pilih file format FLV yang ingin di convert ataufile yang tadi
didownload. Kemudian kita lakukan setting dibagian bawah. Pada
gambar dibawah ini ada lingkaran merah. Isikan sesuai yang tertera
pada gambar di bawah ini:
AIDsina Foundation, Pengelola www.aids-ina.org 5
d. Kemudian setting pula tempat output hasil convert-nya, seperti
dibawah ini:
e. Kemudian klik convert, proses convert dimulai seperti pada gambar
dibawah ini.
AIDsina Foundation, Pengelola www.aids-ina.org 6
f. Perhatikan tempat menyimpan hasil download.
g. Anda dapat mendownload langsung beberapa film tapi yang diperlu
diperhatikan kecepatan koneksi internet saat mempengaruhi.
4. File siap untuk digunakan di Window Media Player

Kamis, 21 Oktober 2010

SISTEM GERAK

Macam-Macam Organ Penyusun Sistem Gerak

Fungsi Rangka Pada Manusia

Kerangka pada tubuh manusia memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu:

1. Sebagai penegak tubuh

2. Sebagai pembentuk tubuh

3. Sebagai tempat melekatnya otot (otot rangka)

4. Sebagai pelindung bagian tubuh yang penting

5. Sebagai tempat pembentukkan sel darah merah

6. Sebagai alat gerak pasif

Kerangka manusia dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu:

1. Bagian Tengkorak

2. Bagian Badan

3. Bagian Anggota Gerak

1. Bagian Tengkorak (Kepala)

* tersusun dari tulang pipih yang berfungsi sebagai tempat pembuatan sel-sel darah merah dan sel-sel darah putih.

* terdiri dari:

1 tulang dahi

2 tulang tapis

2 tulang hidung

2 tulang ubun-ubun

2 tulang pipi


2 tulang langit-langit

2 tulang baji

2 tulang pelipis

2 tulang air mata

2 tulang rahang atas


1 tulang lidah

1 tulang tengkorak

2 tulang rahang bawah

2. Bagian Badan

Bagian badan terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu:

1. Ruas-ruas tulang belakang (33 ruas)

2. Tulang rusuk (12 pasang)
* 7 pasang tulang rusuk sejati
* 3 pasang tulang rusuk palsu
* 2 pasang tulang rusuk melayang

3. Tulang dada, terdiri dari:
* tulang hulu
* tulang badan
* tulang pedang-pedangan

4. Gelang bahu terdiri dari:

* 2 tulang selangka (kiri dan kanan)
* 2 tulang belikat (kiri dan kanan)

5. Gelang panggul terdiri dari:

* 2 tulang duduk (kiri dan kanan)
* 2 tulang usus (kiri dan kanan)
* 2 tulang kemaluan (kiri dan kanan)

3. Bagian Anggota Gerak

Anggota gerak dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1. anggota gerak atas terdiri dari:

* 2 tulang pengumpil
* 2 tulang lengan atas
* 2 tulang hasta
* 16 tulang pergelangan tangan
* 10 tulang telapak tangan
* 28 ruas tulang jari tangan

2. anggota gerak bawah (kaki kiri dan kanan) terdiri dari:

* 2 tulang paha
* 2 tulang tempurung lutut
* 2 tulang kering
* 2 tulang betis
* 14 tulang pergelangan kaki
* 10 tulang telapak kaki
* 28 ruas tulang jari kaki

Rabu, 14 Juli 2010

Komponen Kimiawi Sel

Sel tersusun atas protoplasma yang mengandung bahan organik dan anorganik.
1. Senyawa organik: air, garam mineral dan gas.
a. Air, merupakan jumlah yang paling besar dalam protoplasma. Fungsi air antara lain: sebagai pelarut baik senyawa organik maupun organik, pelarut elektrolit, mempertinggi tegangan permukaan, berlangsungnya reaksi dalam metabolisme san transportasi zat makanan.
b. Garam mineral. Ion yang terdapat dalam protoplasma berasal dari:
- garam (NaCl, CaSO4, MgCl2, MgCl2, KH2PO4),
- asam (HCl, HNO3)
- basa ( NaOH, KOH)
- kation ( H+, NH4+, Ca2+, K+, Na+)
- anion (OH-, HCO3-, Cl-, NO3-)
c. Gas ( O2, N2, CO2)

2. Struktur kimia organik antara lain tersusun atas karbohidrat, lemak dan protein.
a. Karbohidrat
Fungsi Karbohidrat:
sumber energi, cadangan energi dan komponen struktural organel dan bagian sel lainnya.
Unsur penyusun Karbohidrat: karbon (C), oksigen (O) dan Hidrogen (H).
Macam Karbohidrat:
* Monosakarida : Triosa (Gliseraldehid, dihidroksi), Pentosa ( DNA, RNA, ADP dan ATP), Heksosa (glukosa, fruktosa dan galaktosa)
* Oligosakarida : disakarida ( maltosa, laktosa), trisakarida (manotriosa), polisakarida( homopolisakarida- amilum, glikogen, inulin, lignin, selulosa; heteropolisakarida; kitin, heparin).
b. Lipid (lemak)
Dibangun oleh: gloserol dan asam lemak.
Sifat : tidak latut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, dan alkohol.
Fungsi : sebagai komponen membran plasma, hormon dan vitamin, sebagai sumber energi.
Macamnya berdasarkan bentuk:
• lemak sederhana : dibangun oleh satu gliserol dan tiga asam lemak (trigliserida).
• Lemak gabungan : merupakan ester asam lemak yang jika dihidrolisis menghsilkan asam lemak, alkohol dan zat lainnya. Contoh:
- Fosfolipid (sfingolipid yang terdapat pada selubung meilin sel saraf),
- glikolipid ( serebrosida dan gangliosida)
- Lipoprotein
- Karotenoid ( hemoglobin dan klorofil).
• Turunan lemak : steroid (hormon kelamin, vitamin D kolesterol dan estradiol.
c. Protein
Fungsi :
• sebagai katalik : contohnya : enzim
• sebagai mekanik: contohnya: protein otot
• mengganti bagian yang rusak dan membangun subtansi sel yang baru.
Sifat : amfoter ( gugus amino: basa sedang gugus karboksil asam).
Penggolongan protein berdasarkan komposisi kimianya:
• protein sederhana :jika dihidrolisis hanya menghasilkan asam amino. Contohnya: albumin dan globulin.
• Protein gabungan: jika dihidrolisis menghasilkan asam amino dan senyawa lainnya. Contohnya glikoprotein, nukleoprotein, lipoprotein dan kromoprotein (Hb dan hemosianin).
d. Asam Nukleat
Merupakan materi inti sel dan merupakan polimer nukleotida, yang dihidrolisis akan menghasilkan fospat (P), Gula pentosa ( ribosa/ deoksiribosa) dan basa Nitrogen.
Macamnya : asam ribonukleat (RNA) dan deoksiribonukleat (DNA).
Fungsi : untuk mengontrol aktivitas sel dan membawa informasi genetik.

Selasa, 06 Juli 2010

Terapi Panas Kurangi Sakit Punggung

Lebih dari setengah jumlah pegawai kantoran mengalami sakit punggung dan untuk mengobatinya tidak sedikit yang berpaling ke terapi pemanasan. Murah dan sudah dipercaya sejak lama. Pertanyaannya adalah seberapa efektif terapi itu?

Dalam beberapa tahun terakhir belasan penelitian mencoba mencari jawaban atas keraguan terhadap terapi panas itu. Sebagian orang merasa lebih rileks segera setelah terapi. Pembuluh darah membesar, mengurangi rasa sakit karena aliran darah melemaskan otot kaku.

Sebuah studi peninjauan kembali dilakukan atas sembilan penelitian serupa yang pernah dilakukan terhadap hampir 1.200 orang.

Seperti yang dipublikasikan oleh The Cochrane Database of Systematic Reviews. Lima hari menjalani terapi panas dengan cara membungkus tubuh dengan alat tersebut, berhasil mengurangi rasa sakit setelah dibandingkan dengan placebo dan pengobatan lainnya.

Di lain pihak sangat sedikit bukti yang menunjukkan terapi kebalikannya yaitu dengan rasa dingin. Namun kombinasi terapi panas dan dingin diyakini memberikan hasil terbaik.

Secara acak telah dilakukan penelitian pada 2005, untuk membandingkan terapi. Setelah tujuh hari, sekitar 70% responden yang mengkombinasikan terapi panas dengan olahraga ringan, merasakan kondisinya seperti sebelum terkena sakit punggung.

Sementara yang melakukan terapi ringan atau olahraga saja, hanya 20% yang merasakan bugar seperti sebelum terkena sakit punggung kronis.

Istirahat total atau bed rest pada mulanya membantu mengurangi rasa sakit. Namun setelah dua hari, rasa sakit kembali muncul diikuti lemas otot, dan risiko penggumpalan darah.

Sumber : www.inilah.com

Jumat, 12 Maret 2010

TRY OUT ONLINE

Daftarkan dirimu dan dapatkan informasi lebih lanjut klik Try Out

Rabu, 10 Februari 2010

PREDIKSI UN BIOLOGI 2010

PETUNJUK KHUSUS
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan menghitamkan salah satu huruf a,b,c,d dan e yang kamu anggap paling benar

1. Berikut ini nama latin dua jenis hewan :
1. Phantera pardus (macan tutul)
2. Phantera tigris ( harimau)
Dari nama latin hewan tersebut bahwa macan tutul dan harimau mempunyai hubungan kekerabatan yang paling dekat dalam tingkat ....
a. Spesies d. Familia
b. Kelas e . Genus
c. Ordo

2. Berikut ini beberapa bentuk upaya pelestarian sumber daya alam hayati :
1. melindungi badak Jawa di Ujung Kulom
2. menanam anggrek hutan di kebun Botani Bogor
3. melindungi biawak Komodo di pulau Komodo
4. memelihara hewan di kebun binatang
5. melindungi bunga bangkai raksasa di Bengkulu
Yang termasuk upaya pelestarian in situ adalah …
a. 1, 2 dan 3 d. 1, 3 dan 5
b. 1, 2 dan 4 e. 1, 4 dan 5
c. 1, 3 dan 4

3. Amati struktur tubuh virus berikut! Nomor 1, 2 dan 3 merupakan ....


a. kapsid, DNA, ekor d. kepala, kapsid, ekor
b. kapsid, RNA, ekor e. DNA, kapsid, ekor
c. DNA, ekor, kapsid


4. Bakteri yang menghasilkan antibiotik ialah ....
a. Streptomyces griseus dan Penicilium notatum
b. Bacillus substilis dan Streptomyces griseus
c. Penicilium notatum dan Penicilium crisogenum
d. Azotobacter chroococcum dan Clostridium sp
e. Staphylococcus sp dan Pseudomonas sp

5. Bakteri patogen ini menyebabkan penyakit tertentu yaitu ....
Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan:

A.Treponema pallidum : Tipus
B. Diplococcus pneumoniae : Disentri
C. Vibrio coma : Kolera
D. Clostridiumtetani : Pes
E. Neisheria gonorhoe : Sipilis

6. Di bawah ini merupakan gambar spesies beberapa jamur. Dari gambar di atas, yang termasuk kelompok Basidiomycotina adalah....



a. 1, 2, 3 d. 2, 4, 5
b. 1, 3, 5 e. 3, 4, 5
c. 2, 3, 4

7. Berikut ini skema pergiliran keturunan pada tumbuhan paku.


Nomor 1,2,3 dan 4 adalah ...
a. protalium, antheridium, arkegonium, zigot
b. protalium, arkegonium, antheridium, zigot
c. protonema. antheridiuni, arkegoniuin, zigot
d. protonema, arkegonium. antheridium, zigot
e. zigot, antheridium. arkegonium, protalium


8. Berikut ini adalah fase-fase dari daur hidup Fasciola hepatica :
1. Mirasidium 5. cacing dewasa
2. telur 6. serkaria
3. sporokis 7. metaserkaria
4. redia
Urutan fase-fase pada cacing adalah …
a. 2–1–3–4–6–7–5 d. 2-1-3-4-6-7-5
b. 2–1–4–7–6–3–5 e. 2-3-4-5-7-6-1
c. 2–1–4–3–7–6–5

9. Perhatikan gambar daur karbon berikut!



Proses yang terjadi pada X dan Y secara berurutan adalah....
a. Oksidasi dan respirasi
b. Respirasi dan eksresi
c. Transpirasi dan respirasi
d. Fotosintesis dan eksresi
e. Fotosintesis dan respirasi

10. Suhu rata-tata global pada permukaan bumi telah meningkat 0,74 0,180C selama seratus tahun terakhir. Hasil analisis lingkungan sebagai berikut:
1. penurunan permukaan air laut
2. atmosfer diselimuti gas karobon dioksida
3. berkurangnya volume es di kutub
4. eutrofikasi sungai dan danau
5. volume ozone di atmosfer berkurang
6. efek rumah kaca
Faktor yang berkaitan erat dengan peningkatan suhu permukaan bumi adalah....
a. 1,2, dan 5 d. 3,4 dan 5
b. 1,3, dan 6 e. 3,4 dan 6
c. 2,3, dan 6

11. Perhatikan gambar penampang melintang daun di bawah ini !


Jaringan yang berlabel X mempunyai fungsi …
a. penyokong dan penguat d. pelindung jaringan yang lain
b. mengangkut hasil fotosintesa e. mengangkut air dan garam
c. menunjang jaringan yang lain



12. Perhatikan gambar membran sel berikut !


Bagian membran sel yang terdiri atas lipida dan karbohidrat ditunjukkan oleh nomor …
a. 1 d. 4
b. 2 e. 5
c. 3

13. Perhatikan gambar struktur kloroplas berikut ! Reaksi terang dan reaksi gelap pada Proses fotosintesis terjadi pada nomor …

a. 1 dan 2 d. 3 dan 5
b. 1 dan 3 e. 4 dan 5
c. 2 dan 4

14. Jika persendian pada gambar di samping ini digerakkan , akan menimbulkan gerakan ...

a. Satu arah d. Dua arah
b. Menggeliat e. Ke segala arah
c. Berporos dua

15. Gambar mekanisme pembekuan darah:
Pembekuan darah

Pada skema diatas, nomor 1, 2, dan 3 secara berurutan adalah...
a. trombin-protrombin-fibrinogen d. protrombin-fibrinogen-trombin
b. fibrinogen-protrombin-trombin e. fibrinogen-trombin-protrombin
c. protrombin-trombin-fibrinogen

16. Kelainan darah dimana darah sulit untuk membeku dikenal dengan...
a. hemofil d. anemia
b. leukemia e. hipertensi
c. thalasemia
17. Berdasarkan gambar organ-organ di bawah ini, tempat terjadinya perubahan protein menjadi pepton adalah pada nomor …

a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5



18. Perhatikan tabel berikut ini !
No Organ : Enzim : Peran Enzim
1 Mulut :Ptialin : Penguraian amilum
2 Lambung : Enzim renin : Menggumpalkan kasein susu
3 Usus halus : Tripsinogen : Penguraian protein jadi pepton
4 Pankreas : Erepsinogen : mengubah Maltosa menjadi glukosa
5 Hati : Steapsin : Penguraian amilum menjadi glukosa
Hubungan yang cocok untuk organ, enzim dan peran enzim pada proses pencernaan dalam
tabel tersebut adalah ....
A. 1 dan 2 D. 3 dan 4
B. 2 dan 3 E. 3 dan 5
C. 2 dan 4

19. Berikut ini adalah hasil uji coba terhadap sejenis bahan makanan.
No : Reagen : Warna awal : Warna akhir
1. : Lugol : Coklat : Biru Kehitaman
2. : Benedict : Biru muda : Merah bata
3. : Biuret : Biru muda : Ungu
Berdasarkan data pada tabel di atas, secara berurutan 1, 2 dan 3, dapat disimpulkan bahwa bahan
makanan tersebut mengandung zat …
a. protein, glukosa, amilum d. glukosa, amilum, protein,
b. amilum , glukosa, protein, e. amilum, vitamin, protein
c. amilum , protein, glukosa

20. . Perhatikan gambar nefron berikut !


Bagan berlabel X adalah…
a. Tubule kolektifus berisi urin yang sebenarnya
b. Tubula kolektifus distal berisis urin sekunder
c. Lengkung henle berisi urin primer
d. Tubula kolektifus proksimal berisi urin primer
e. Kapsula bowman terjadi proses filtrasi


21. Di bawah ini merupakan penyakit karena gen mengalami kelainan pada saat peristiwa rabsorpsi yaitu...
a. nefritis d. albuminaria
b. batu ginjal e. oligonuria
c. polyuria

22. Hormon yang bertanggung jawab pada awal kehamilan adalah …
a. LH d. progesteron
b. FSH e. oksitosin
c. Prolaktin

23. Urutan jalannya impuls saraf pada gerak mata apabila terkena debu adalah.....
a. rangsang→neoron sensorik→neoron motorik→efektor
b. reseptor→ reseptor →interneoron diotak→ neoron motorik→ efektor
c. reseptor→ neoron sensorik→ interneoron disumsum tulang belekang→neoron motorik→
efektor
d. reseptor→ neoron sensorik→ interneoron disumsum tulang belekang→ neoron
motorik→otot tangan
e. debu→ neoron sensorik→ interneoron diotak→ neoron motorik→ efektor

24. Berikut ciri-ciri pertumbuhan pada tanaman akibat pengaruh hormon tertentu :
- memperbesar ukuran buah
- tanaman kerdil akan tumbuh normal dengan penambahan hormon ini
- dapat menyebabkan tinggi tanaman menjadi 3 kali tumbuhan normal
Berdasarkan cirri-ciri pertumbuhan diatas tanaman tersebut dipengaruhi oleh hormon…..
a. Kalin d. Traumalin
b. Auksin e. Giberellin
c. Sitokinin

25. Perbedaan antara respirasi aerob dan anaerob adalah …
Respirasi aerob : Respirasi anaerob
A Energi yang dihasilkan kecil : Energi yang dihasilkan besar
B Berlangsung di sitoplasma : Berlangsung di mitokondria
C Terbentuk CO2, H2O dan ATP : Terbentuk asam laktat/alkohol dan ATP
D Tahapan reaksi lebih sederhana : Tahapan reaksi sangat kompleks
E Tidak memerlukan oksigen bebas : Memerlukan oksigen bebas

26. Asam piruvat untuk memasuki siklus krebs dari proses glikolisis terlebih dahulu membentuk ….
a. Asetil Co A
b. Suksinil Co A
c. Asam ά ketoglutarat
d. Asam oksaloasetat
e. Asam suksinat

27. Hal-hal yang terjadi pada fotosintesis:
1. Terjadi fotolisis air
2. Menghasilkan ATP, NADPH dan asam laktat
3. Terjadinya pengikatan CO2 oleh RuBP
4. Terbentuk amilum
5. Terjadi dibagian stroma
Proses yang terjadi pada reaksi gelap adalah....
a. 1, 2, 3 d. 2,4,5
b. 1, 2, 4 e. 3,4,5
c. 2, 3, 5

28. Perhatikan gambar sepotong DNA berikut !




Bagian yang ditunjuk X, Y, dan Z secara berurutan adalah...
a. Posfat, deoksiribosa dan guanin d. Deoksiribosa, Posfat, dan Timin
b. Ribosa, posfat dan adenin e. Posfat, ribosa dan guanin
c. Hydrogen, posfat dan ribosa

29. EBTANAS-00-43/ 08-28
Di bawah ini tahapan-tahapan sintesis protein
1. ARNd meninggalkan DNA menuju ke ribosom
2. DNA melakukan transkipsi sehingga terbentuk ARNd
3. Asam amino berderet sesuai dengan kode pembentukkan protein
4. ARNt menterjemahkan kodon yang dibawa ARNd
5. Protein yang terbentuk merupakan enzim yang mengatur metabolisme sel
6. ARNt mencari dan membawa asam amino yang sesuai dengan kodon yang dibawa ARNt
Uraian tahapan sintesis protein adalah......
a. 1 – 2 – 4 – 5 – 6 – 3 d. 2 – 1 – 4 – 6 – 3 - 5
b. 1 – 2 – 5 – 4 – 6 – 1 e. 2 – 1 - 4 – 6 – 5 - 3
c. 2 – 1 – 3 – 4 – 5 – 6

30. EBTANAS-03-34
Suatu rantai ADN melakukan transkripsi seperti berikut :


31. UAS-05-25/ 08-29.
Gambar beberapa tahapan perubahan kromosom pada pembelahan meiosis.

Tahapan yang ditunjuk pada gambar 1, 2 dan 3 secara berurutan adalah…
a. Metafase I, Anafase I, dan Profase II
b. Metafase I, Profase II, Anafase I
c. Metafase II, Profase I, Telofase I
d. Anafase I, Profase II, Telofase I
e. Anafase II, Profase II, Telofase II

32. Perhatikan gambar spermatogenesis ini


Spermatosit primer dan spermatid ditunjukkan oleh nomor…
a. 1 dan 2 d. 3 dan 5
b. 1 dan 3 e. 4 dan 5
c. 2 dan 4

33. Pada penyilangan bunga Linaria maroccana bunga merah (AAbb) dengan bunga putih (aaBB) menghasilkan bunga ungu (AaBb). Apabila F1 disilangkan dengan bunga merah (Aabb), berapakah ratio fenoti F2 nya antara ungu: putih: merah?
a. 3:2:3 d. 9:4:3
b. 6:2:8 e. 12:3:1
c. 9:3:4

34. Berikut gambar mutasi gen:


Berdasarkan gambar di atas, tipe mutasi yang terjadi dinamakan …
a. translokasi d. Inversi
b. transversi e. delesi
c. transisi

35. Perhatikan bahan-bahan ini !
1. kolkisin 4. nitrat
2. digitonin 5. temperatur
3. asam askorbin 6. Sinatr roungen
Bahan kimia yang bersifat mutagenik adalah …
a. 1, 2, 3 d. 3, 4, 5
b. 1, 2, 4 e. 4, 5, 6
c. 2, 3, 4

36. Diketahui persentase orang normal (tidak albino)dalam suatu populasi penduduk adalah 84%, berarti frekuensi genotip AA : Aa : aa dalam populasi tersebut adalah ...
a. 48 : 36 : 16 d. 36 : 48 : 16
b. 36 : 16 : 48 e. 16 : 36 : 48
c. 16 : 48 : 36

37. Di bawah ini adalah beberapa pernyataan :
1. Populasi besar
2. Terjadinya migrasi
3. perkawinan terjadi secara acak
4. terjadi mutasi gen
5. memiliki viabilitas dan fertilits tinggi
Hukum Hady Weinberg hanya berlaku dalam keadaan …
a. 1–2–3 d. 2-3-4
b. 1–3–4 e. 3-4-5
c. 1–3–5

38. Dari gambar berbagai alat gerak depan hewan berikut ini, organ yang analoh adalah …


a. 1 dan 3 d. 2 dan 5
b. 1 dan 4 e. 3 dan 5
c. 1 dan 5

39. Pada suatu daerah P yang berpenduduk 5.000 orang terdapat penderita fenil thiocarbamide (PTC) 36 %, maka jumlah penduduk yang non PTC adalah …
a. 180 orang d. 1.800 orang
b. 320 orang e. 3.200 orang
c. 5.000 orang

40. Tahapan yang dilakukan pada rekayasa genetika (teknik plasmid) adalah sebagai berikut.
1. Memasukan plasmid yang sudah direkayasa kedalam tubuh bakteri
2. Ekstraksi plasmid (cincin DNA) dari sel bakteri
3. Identifikasi gen yang diinginkan
4. Mengembangbiakan bakteri dalam tabung
5. Fermentasi
6. Dihasilkan produk yang diinginkan
Urutan proses rekayasa genetika ( teknik plasmid) adalah....
a. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
b. 2 – 1 – 3 – 4 – 5
c. 3 – 2 – 1 – 4 – 5
d. 3 – 4 – 1 – 2 – 5
e. 4 – 3 – 2 – 1 – 5


= SELAMAT BENEMPUH UN 2010 =

Keppres No. 4 Tahun 1993

Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1993
Tentang : Satwa Dan Bunga Nasional
Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nomor : 4 TAHUN 1993 (4/1993)
Tanggal : 9 JANUARI 1993 (JAKARTA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Presiden Republik Indonesia,
Menimbang:
a. bahwa Negara dan bangsa Indonesia telah diberi karunia Tuhan Yang
Maha Esa beragam jenis fauna dan flora, yang dalam khasanah fauna
dan flora dunia, beberapa diantaranya bahkan sangat bersifat khas
baik karena keberadaannya yang hanya terdapat di Indonesia, karena
kelangkaannya, maupun karena latar belakang budaya yang
melingkupinya;
b. bahwa kekhasan beberapa fauna dan flora tersebut pada dasarnya
juga merupakan kebanggaan nasional, dan harus dimanfaatkan
sebagai pendorong upaya perlindungan, pelestarian serta
pemanfaatannya secara berkelanjutan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
c. bahwa dalam rangka peningkatan perlindungan dan upaya pelestarian
fauna dan flora yang khas tersebut, serta untuk lebih menumbuh
kembangkan kepedulian rasa cinta dan kebanggan nasional terhadap
kekayaan tadi, dipandang perlu menetapkan tiga jenis satwa, air, dan
udara serta bunga tertentu sebagai satwa dan bunga nasional;
Mengingat:
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2823);
3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor
49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SATWA DAN
BUNGA NASIONAL.

PERTAMA :
Tiga jenis satwa yang masing-masing mewakili satwa darat, air, dan
udara, dinyatakan sebagai Satwa Nasional, dan selanjutnya
dikukuhkan penyebutannya sebagai berikut :
1. Komodo (Varanus komodoensis), sebagai satwa nasional;
2. Ikan Siluk Merah (Sclerophages formosus), sebagai satwa
pesona; dan
3. Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), sebagai satwa langka.
KEDUA:
Tiga jenis bunga dinyatakan sebagai bunga Nasional, dan selanjutnya
dikukuhkan penyebutannya sebagai berikut :
1. Melati (Jasminum sambac), sebagai puspa bangsa;
2. Anggrek bulan (Palaenopsis amabilis), sebagai puspa
pesona; dan
3. Padma Raksasa (Rafflesia arnoldi), sebagai puspa langka;
KETIGA :
Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, Menteri Negara Kependudukan
dan Lingkungan Hidup, dan Menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non Departemen lainnya yang terkait, menyusun dan
melaksanakan langkah-langkah yang dipandang perlu untuk :
a. mewujudkan kepedulian dan rasa cinta terhadap satwa
dan bunga pada umumnya, serta Satwa dan Bunga
Nasional pada khususnya, dikalangan segenap lapisan
masyarakat;
b. meningkatkan perlindungan serta upaya pelestarian
ekosistem, habitat, populasi ataupun kegiatan penelitian
dan pengembangan Satwa dan Bunga Nasional tersebut.
KEEMPAT:
Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Januari 1993

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
SOEHARTO
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Kepala Biro Hukum dan Perundang-undangan
ttd.
Bambang Kesowo, S.H., LL.M.
__________________________________

Senin, 04 Januari 2010